Pages

Monday, May 18, 2015

Kisah Nyata : LAKI-LAKI TUA PENAMBAL JALAN BERLUBANG

Kisah Nyata :
LAKI-LAKI TUA PENAMBAL JALAN BERLUBANG

Intro :
Mudah2an kita dapat mengambil pelajaran dari kisah berikut ini.
* Tentang : Orientasi kerja, apakah hanya untuk uang, untuk dunia, atau akhirat.
* Tentang : Keikhlasan, dan pengorbanan. 
* Tentang : Kita biasanya cendrung mengkritik kekurangan pekerjaan orang lain tanpa membantu membuat sedikit perbaikan yg berarti.
* Tentang : Kita biasanya jika ada jalan rusak, kita cenderung menanam pohon pisang, bukan gotong royong memperbaiki, cenderung mengolok-ngolok.
* Tentang : Kita cenderung melihat hasilnya, bukan prosesnya. Padahal yg berharga itu prosesnya.

Begini Kisahnya :

Usaha Abdul Sukur (65), warga Jalan Tambak Segaran Barat, Gg I/27, Surabaya, Jawa Timur, selama 10 tahun menambal jalan berlobang mendapat respons dari pemerintah daerah. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Surabaya langsung mengaspal beberapa jalan berlobang di Jalan Gembong, kemarin.

Jalan-jalan berlobang yang mulai diaspal DPU Kota Surabaya itu, sebelumnya ditambal menggunakan bekas bongkaran aspal dan batu krikil oleh kakek berprofesi pengayuh becak tersebut.

Hal tersebut dilakukan pihak DPU, saat aksi tambal jalan Pak Dul mulai ramai dikabarkan beberapa media massa, baik nasional maupun lokal. Berita di media massa itu ditulis pascaHiman Utomo, mengunggah tulisan tetang kakek enam cucu itu di akun facebook-nya.

Setiap malam, sekitar pukul 22.00 WIB hingga dini hari, usai mengais rezeki dari mengayuh becak, bapak enam anak yang biasa disapa Pak Dul itu, mencari jalan berlobang di sekitar Jalan Gembong, Tambak Rejo, Semut, Bunguran dan beberapa ruas jalan lainnya di Kota Pahlawan.

Kemudian dengan becak tuanya, Pak Dul yang juga kerap disapa Mbah Wek atau Pak Wek (pak tua) oleh rekan seprofesinya itu, mencari bongkaran aspal di daerah Pasar Atum dan Jalan Tambak Adi. Lalu mengangkutnya dengan becaknya menuju jalan-jalan berlobang yang ditemukannya.

Selanjutnya, kakek tujuh cucu ini, menutup dengan aspal dan meratakannya dengan menempa menggunakan palu ukuran sedang miliknya.

"Saya niat ibadah. Niat nolong banyak orang, ihklas tidak mengharap apa-apa. Jalanan berlobang itu bisa bahaya. Ada banyak pengendara motor jatuh karena berlobang. Sudah 10 tahun saya nambal jalan berlobang," terang Pak Dul kepada merdeka.com, Rabu sore kemarin (13/5).

Bahkan, karena ketulusan Pak Dul yang juga akrab disapa Mbah Wek atau Pak Wek (pak tua) oleh rekan seprofesinya itu, dia sempat dipanggil dan ditawari jadi mandor atau pengawas oleh pihak DPU Kota Surabaya.

"Tapi saya tolak, karena saya sudah tua. Biar yang muda-muda saja, saya cari rezeki dari becak saja. Dapat segini tiap hari sudah Alhamdulillah," akunya dengan Bahasa Jawa kromo inggil dipadu dengan Bahasa Indonesia.

Tiap hari, hasil dari mengayuh becak, Pak Dul alias Mbah Wek, hanya membawa pulang Rp 30 ribu. "Kalau ramai ya dapat Rp 40 ribu sampai 50 ribu, tapi itu jarang. Kadang sebulan sekali, kadang ya nggak dapat segitu (Rp 50 ribu). Tapi saya tetap bersyukur, rezeki sudah di ataur sama Allah," katanya.

Saat menolak tawaran pekerjaan dari DPU Kota Surabaya, Pak Dul mengaku sempat dikasih uang Rp 1 juta oleh pihak Pemkot Surabaya. Tapi sayang, saat menceritakan ke anaknya, uang itu diminta oleh sang anak dan dia hanya dibagi beberapa ribu saja.

"Uangnya diminta anak saya. Saya dikasih sedikit. Katanya untuk beli makan ya saya kasihkan, wong namanya anak minta ke orangtua. Kadang cucu saya juga minta uang: Mbah jauk uwek-e (duwit/uang), mbah. Ya juga saya kasih dari uang narik becak," ceritanya.

Dia juga menceritakan, keenam anaknya, selama ini tidak pernah memberinya uang atau makanan, termasuk dua orang anaknya yang masih ikut tinggal bersamanya di Tambak Segaran Barat.

"Anak saya enam, dua masih ikut tinggal sama saya. Cucu saya tujuh, yang lima juga ikut saya. Tapi saya ya cari makan sendiri. Anak saya itu gak pernah ngasih apa-apa, malah sering minta uang ke saya buat makan. Kalau anak bisa tega sama orang tua, tapi orang tua selamanya gak akan tega sama anaknya," katanya dengan nada rendah.

Tapi hebatnya, Pak Dul alias Mbah Wek, tak pernah meratapi nasibnya. Dia menghibur dirinya dengan cara yang unik. Tiap malam usai menarik becak, dia mencari bongkahan aspal bekas digunakan untuk menambal jalan berlubang, meski tak ada yang menyuruh atau menggajinya.

Dia ingin menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk membantu orang lain, selama dia bisa. "Niat saya ibadah, tidak minta apa-apa. Nambal jalan berlubang, saya lakukan karena kasihan kalau dilewati pengendara, jatuh kasihan. Saya juga sering diminta bantu dorong mobil mogok, dikasih (uang) Alhamdulillah, nggak ya Alhamdulillah, wong tujuan saya cuma untuk ibadah," ucapnya lugu.

Sebelumnya, Himan Utomo menulis diakun facebooknya, Selasa lalu (12/5), tentang pertemuannya dengan Pak Dul. Saat itu, dia tengah menunggu istrinya keluar dari Mal ITC Jalan Gembong.

Hilaman menceritakan aktivitas Pak Dul, menambal jalan berlubang tanpa dibayar siapa-pun. "Bapak dari Dinas Kota kah kok meratakan jalan dan cuma memakai becak? Bukankah Dinas Kota punya fasilitas."

Sumber:
http://m.merdeka.com/peristiwa/10-tahun-tambal-jalan-berlobang-mbah-dul-tolak-tawaran-jadi-mandor.html

Semoga bermanfaat..
.

No comments:

Post a Comment